Suasana malam Tabtu mengenang sejarah perang kemerdekaan di kabupaten Klaten |
Pelaku sejarah, H. Soekarno Lilik, salah seorang veteran pejuang yang masih tersisa hingga sekarang, mengisahkan terjadinya perang kemerdekaan di Pati tersebut tak bisa dilepaskan dari pertempuran lima hari di Semarang, yakni 15 hingga 19 Oktober 1945.
Waktu itu, kata dia, status dan kedudukannya sebagai pelajar bersama para pelajar lainnya harus meninggalkan bangku sekolah, dan mengangkat senjata, sehingga pertempuran di Semarang tersebut melibatkan banyak pejuang dari Pati, Demak, Semarang, Kendal, dan sekitarnya.
Kemerdekaan Republik Indonesia yang baru beberapa bulan diproklamirkan harus menghadapi ancaman penjajah Belanda yang membonceng tentara Inggris. Apalagi, Jepang yang sudah kalah perang meskipun menjadi tawanan, tapi sama sekali tidak mau menyerahkan senjatanya, dan bahkan yang menjadi tawanan pun ada yang mencoba melarikan diri.
Hal itu menyebabkan para pejuang kita merasa dilecehkan, sehingga ada kurang lebih 50 orang tawanan yang terpaksa dibunuh.
"Pertempuran melawan Belanda di beberapa tempat pun mulai terjadi, dan beberapa pelajar teman kami ada tujuh orang yang tewas, di antaranya adalah Pratomo," ujarnya.
Sedangkan pertempuran paling seru kembali melawan Belanda dan tentara Inggris, terjadi di Genuk. Bahkan, ungkap Soekarno Lilik, kita dibombardir meriam oleh tentara Inggris dari laut, sehingga banyak pejuang kita yang kebanyakan tidak bersenjata pun tewas, tapi pertempuran semakin sengit tidak hanya terjadi dalam kota, melainkan terjadi di mana-mana.
Bala bantuan pejuang dari Demak yang didatangkan hanya bersenjatakan bambu runcing juga jatuh banyak korban. Berikutnya datang bantuan dari Kendal dan Pati yang terus berdatangan, setelah melakukan pertempuran selama lima hari akhirnya berhasil memukul mundur para penjajah, sehingga para pejuang dari Pati kembali.
Ternyata Belanda juga sudah memasuki Pati, maka hampir setiap hari terjadi pertempuran dengan posisi kalah persenjataan, sehingga harus mundur dengan bergerilya di Pucakwangi, Todanan, Kayen, Patiayam.
"Pimpinan perang gerilya waktu itu adalah Pak Moenadi yang masih berpangkat kapten, sampai pertempuran di sekitar timur Muria," katanya.
Dandim 0718/Pati, Letkol Arm Arief Darmawan (kiri), dan Kapolres AKBP Uri Nartanti Istiwidayati (kanan). |
Sebab, masih ada pertempuran di Widorokandang, dan semua itu baru berakhir pada 1949 yang tentu menelan banyak korban jiwa.
"Untuk mengenang para pejuang kita, maka di belakang kita (halaman Hotel Pati-Red) didirikan monumen perjuangan Teroeskan, karena hotel ini pernah menjadi markas Tentara Pelajar," ungkapmya berkisah.
Mengakhiri rangkaian malam taptu usai mengkilas kembali sejarah perang kemerdekaan di Pati, Dandim 0718/Pati Letkol Arm. Arief Darmawan dan Kapolres AKBP Uri Nartanti Istiwidayati bersama Forkopimda meletakkan karangan bunga di monumen tersebut. Sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia sebagai bangsa yang berdaulat dan merdeka, maka rangkaian malam taptu ditutup dengan menyanyikan bersama lagu Syukur. (*)
Laporan: Valdy/Pendim pati.
Editor: Iskandar.
____________________
Alamat Redaksi: Jl. Lanto Dg. Pasewang No. 14 Telp. (0411) 854127 - 854424 Hotline 085395591962 - 081342377788 - 085255426133 Makassar Sulsel. Pem Red/Pen Jab: Andi Iskandar. WA App. Android: 085395591962. Web: http://www.komandoplus.com/ Email: redaksikomandonews@gmail.com Wartawan media online komandoplus.com dalam menjalankan tugas dibekali kartu pers yang masih berlaku.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !