Fatahuddin, paman korban |
GOWA - KOMANDOPLUS : Profesionalisme polisi kembali
dipertanyakan menyusul tewasnya lelaki Tutu Dg. Lesang (33 tahun), warga
kampung Singgiriang kelurahan Ujung Bori
kecamatan Tinggi Moncong kabupaten Gowa Sulawesi Selatan dengan luka di
punggung tembus dada oleh peluru yang diduga dilepaskan oleh personil Polsek
Tinggi Moncong kabupaten Gowa, Senin (14/9/2015) siang pekan lalu.
Selain belum diketahui pasti
kesalahan korban sehingga tertembak dan tewas
mengenaskan berlumuran darah di sisi pematang sawah, juga diduga ada
pihak lain yang menginginkan kematian korban dengan memanfaatkan kewenangan
oknum anggota polisi.
Fatahuddin Kr. Jarung, paman korban,
menyatakan tidak menerima kejadian itu dan berharap selain kasus penembakan
tersebut diproses secara tuntas, juga
meminta polisi menyelidiki kemungkinan adanya pihak lain diluar kepolisian yang
menginginkan kematian korban.
Karena itu, Fatahuddin disertai
sejumlah keluarga lainnya melaporkan kejadian itu ke Propam Polda Sulsel, Senin (21/9/2015). Laporannya
diterima dengan nomor: STPL/115/IX/2015/Bag Yanduan tanggal 21 September 2015.
Sementara Ketua LSM Maritim, Ahmad
Daeng Mamenteng, yang mendampingi keluarga korban mengatakan, “Penembakan oleh
oknum anggota polisi secara tidak prosedural
itu tidak boleh dibiarkan. Jangan sampai ke depan hal seperti itu dijadikan
sebagai kebanggaan.”
Informasi yang dihimpun menyebutkan,
pada Senin (14/9/2015) yang lalu Dg. Ngeppe, kepala lingkungan Ujung Bori
kelurahan Garassing kecamatan Tinggi Moncong, mendatangi rumah Linrung dan diterima oleh Asse, isteri Linrung.
Kedatangan Dg. Ngeppe tersebut
disertai dua personil polisi masing-masing
AIPTU Abd. Haris, Kanit Res Polsek
Tinggi Moncong dan Brigpol Ruslan, anggotanya.
Informasi yang dihimpun menyebutkan,
pada Senin (14/9/2015) yang lalu Dg. Ngeppe, kepala lingkungan Ujung Bori
kelurahan Garassing kecamatan Tinggi Moncong, mendatangi rumah Linrung dan diterima oleh Asse, isteri Linrung.
Kedatangan Dg. Ngeppe tersebut
disertai dua personil polisi masing-masing
AIPTU Abd. Haris, Kanit Res Polsek
Tinggi Moncong dan Brigpol Ruslan, anggotanya. Ketika itu Linrung sedang tidak ada di rumah
itu melainkan korbanlah yang sedang
terlihat.
“Pak kepala lingkungan yang member isyarat
kepala dan pandangan mata kepada polisi seakan menunjuk bahwa itulah orangnya,”
ujar Fatahuddin menirukan saksi yang melihatnya.
Isyarat tersebut disikapi oleh ke
dua anggota polisi itu dengan segera turun dari motornya lalu menyergap korban.
Karena takut, korban lari terbirit-birit
melewati sawah diikuti oleh kedua polisi tersebut.
Tak lama berselang, “Saya mendengar
dua kali bunyi letusan. Setelah itu polisi itu terlihat kembali setelah memburu korban. Dan pak Ruslan
mengisi senjatanya dengan peluru, kemudian mereka pergi dengan melarikan motornya seperti
pembalap,” ungkap Asse, isteri Linrung.
Asse juga mengaku diancam oleh
polisi itu akan diperlakukan sama jika Linrung, suaminya, tidak segera ke kantor polisi.
Menurut Fatahuddin, ada warga yang melihat korban jatuh tersungkur,
kemudian bangkit dan lari lagi sambil memegang dadanya. Kemudian di suatu tempat korban ditemukan berlumuran
darah tidak bernyawa lagi dengan keadaan baju bagian punggung kanan belakang
berlobang yang diduga kuat sebagai bekas terjangan peluru.
Wakapolsek Tinggi Moncong, IPTU Andi
Rivai, yang dikonfirmasi, Minggu (20/9/2015), membenarkan adanya kejadian itu
namun menolak memberi keterangan rinci.
“Maaf pak, saya tidak bisa memberi keterangan lebih jauh sebab yang bisa menjawab pertanyaan itu adalah pak Kapolres. Untuk sementara saya sebagai pengendali Polsek sebab pak kapolsek sedang ke tanah suci," pungkas IPTU Andi
Rivai dibalik handphone. (is)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !