Add caption |
Serah terima selendang bela Negara tersebut terjadi saat kunjungan silaturahim tim dari Lemhanas, Kamis (2/5). Tim tersebut diketuai Kol. TNI Hasnah CP disertai rombongan sedikitnya lima puluh orang dari berbagai unsur dan elemen masyarakat, diantaranya unsur TNI-AD, TNI-AL, TNI-AU jajaran Kodam VII wirabuana, dan Polda Sulsel.
Selain itu, turut serta tokoh adat lima orang diantaranya ketua adat Ambon, kiyai tiga orang dan alim ulama, akademisi sepuluh orang, tokoh pemuda sepuluh orang diantaranya ketua BKPMRI Sulsel, serta kalangan PNS empat puluhan orang.
Menurut Letkol TNI Firdaus yang bertindak mediator, rombongan tim itu sudah mewakili seluruh propinsi di Indonesia. Inti kedatangan mereka hendak mendengar dan melihat langsung sosok ustadz Rangka Hanong yang mereka ketahui hanya melalui televisi, serta hendak mendengar penjelasan langsung bagaimana majelis Islam An Nadzir yang berciri khusus panji hitam dengan rambut dicat pirang itu yang diketahuinya sangat mandiri memberdayakan manusia dan alam
Ustad Rangka didampingi ustad Lukman A. Bakti usai memberi penjelasan dan melayani berbagai pertanyaan menyatakan, sangat sependapat dengan langkah yang ditempuh Lemhanas serta sejalan pandangannya dalam hal bela Negara.
“Untuk memperbaiki Negara ini kita harus kembali pada diri sendiri. Diri pribadi sendiri yang perlu lebih awal diperbaiki,” tegas ustad Rangka.
Menurutnya, pemimpin yang dapat memimpin ke depan di akhir jaman ini adalah pemimpin yang memiliki lima kriteria. Pertama, memiliki akidah yang baik dan benar. Kedua, cerdas. Ke tiga, memiliki tujuh kekuatan langit dan bumi. Ke empat, pemberani. Dan ke lima, bijaksana.
Usai mendapat penjelasan, rombongan mengunjungi beberapa lokasi perikanan dan pertanian produktif yang sebelumnya merupakan lahan tandus non produktif.
Sebelumnya diberitakan, An Nadzir Mawang tak sepandangan dengan sejumlah ormas Islam lainnya dalam memandang eksistensi Densus 88 dalam pemberantasan terorisme. Jika sejumlah besar ormas Islam menghendaki agar Densus 88 dibubarkan, An Nadzir Mawang justru memandang sebaliknya. Ustad Rangka Hanong menyatakan tidak sependapat jika Densus 88 dibubarkan.
Menurutnya pasukan khusus penanganan terorisme itu tetap dibutuhkan agar Negara dapat memberi rasa aman kepada rakyat dari kerisauan terhadap aksi-aksi terorisme. (isk)