SINJAI - KOMANDOPLUS : Sikap arogan pihak BRI Cabang Sinjai melalui dua orang petugas pengamanannya (security) mendapat protes keras dari kalangan aktivis setempat. Bahkan pihak Jurnalis Peduli Sinjai (JPS) mengecam ulah pemaksaan kepada wartawan yang sedang meliput untuk menghapus data oleh oknum security BRI berinisial An dan Sah tersebut.
Kejadiannya berawal ketika Syamsul Bahri, seorang aktivis dan wartawan yang bertugas di kabupaten Sinjai sedang meliput kegiatan sosialisasi tim Swissindo Sulsel yang sedang berada di BRI Cabang Sinjai jalan Persatuan Raya, Senin (11/7/2016).
Sekitar pukul 11.00 wita siang itu, La Ceni Kalean yang ditemani Nurhadijah dari tim sosialisasi Swissindo Sulsel tampak di BRI Cabang Sinjai hendak menyerahkan surat dokumen Swissindo berisi klarifikasi pelunasan utang tiga orang nasabah BRI setempat. Surat itu hendak diserahkan kepada Kepala BRI Cabang Sinjai melalui seorang petugas security An.
An yang menerima surat dokumen tersebut bergerak menuju ruang Kepala Cabang, namun tak lama kemudian kembali lagi membawa dokumen tersebut sembari menyampaikan bahwa Kepala Cabang tidak bersedia menerima surat dokumen tersebut.
Atas penolakan itu, La Ceni Kalean meminta kejelasan alasan dan bukti tertulis penolakan Kepala BRI Cabang Sinjai atas surat Swissindo. Mendengar permintaan itu, tiba-tiba saja petugas security lainnya berinisial Sah menghardik La Ceni dan menilai tim Swissindo tersebut mencari keributan sehingga nyaris terjadi insiden di saksikan para nasabah yang sedang menunggu antrian di ruang pelayanan.
"Jangan ribut disini," hardik Sah, dan dijawab La Ceni, "Saya datang disini tidak mencari ribut."
Syamsul Bahri yang menyaksikan kejadian itu pun langsung mengambil gambar. Alasannya, dia hendak mengetahui kejelasan lembaga Swissindo sebagai lembaga dunia yang mengklaim akan menebus utang rakyat Indonesia di bank dan perusahaan leasing, serta ingin pula mengetahui alasan respon penolakan pihak BRI Cabang Sinjai. Sebab menurutnya, soal Swissindo ini beserta sikap respon terhadapnya penting diketahui publik agar tidak menimbulkan polemik yang terus menerus di masyarakat.
Ternyata, pengambilan gambar itulah yang membuat kedua security itu berulah tanpa mempertimbangkan adanya undang-undang yang melindungi wartawan saat sedang melaksanakan tugas pers.
"Ada yang memegang leher bajuku, ada pula yang memegang paksa HP-ku (hand phone, red) dan memaksa untuk menghapus dataku. Karena takut dataku terhapus semua jika dia yang menghapusnya, maka saya sendiri yang menghapusnya dibawah tekanannya," aku Syamsul dan menambahkan bajunya dilepaskan oleh Sah setelah diberitahu bahwa data sudah dihapus dan ada anggota TNI jajaran Kodim 1424 Sinjai yang menyaksikan kejadian itu.
Mengetahui insiden itu, kalangan aktivis setempat yakni Awaluddin Umar dari Lembaga Anti Korupsi dan Kriminal Indonesia (LAKKI), A. Basri dari Gerbang Nusantara, Haerul dari Lintas Sulawesi disertai Syamsul sendiri kembali mendatangi BRI Cabang Sinjai pada sekitar jam 14.00 wita hendak mengklarifikasi dan menyampaikan protes kepada oknum security itu namun tidak bertemu karena alasan sedang istrahat.
Menanggapi hal itu, perintis Jurnalis Peduli Sinjai (JPS), Abd. Malik, yang juga seorang jurnalis Sinjai TV menyatakan mengecam ulah kedua security BRI Cabang Sinjai itu yang memperlakukan wartawan lebih dari sekedar menghalang-halangi wartawan.
Sebab menurutnya, ulah dari kedua security BRI Cabang Sinjai itu dapat diduga kuat melanggar UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. (*)
Laporan: Syamsul Bahri.
Editor: Iskandar.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !