Dari 5 kota IHK di Sulsel, tiga kota (Makassar, Parepare dan Palopo) mengalami deflasi dan dua kota (Bulukumba dan Watampone) mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Makassar sebesar 0,11 persen dengan nilai IHK sebesar 104,42. Inflasi tertinggi terjadi di Bulukumba sebesar 0,15 persen dengan IHK sebesar 105,w34.
Deflasi gabungan 5 kota di Sulawesi Selatan terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh penurunan indeks harga pada tiga kelompok pengeluaran: kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau; kelompok pengeluaran transportasi; kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya, meskipun beberapa kelompok pengeluaran lainnya mengalami kenaikan indeks harga.
Inflasi tahun kalender gabungan 5 kota di Sulsel sebesar 0,96 persen dan inflasi year on year (Maret 2020 terhadap Maret 2019) sebesar 2,49 persen.
Berdasarkan data BPS Sulsel yang dirilis 1 April 2020 menyebutkan
Deflasi gabungan 5 kota di Sulselsel ini terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan dengan penurunan indeks pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,17 persen; kelompok transportasi sebesar 0,50 persen; dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya sebesar 0,04 persen.
Faktor pendorong terjadinya deflasi tersebut adalah penurunan harga yang cukup signifikan pada beberapa komoditi antara lain: cabai rawit, tarif angkutan udara, cabai merah, bawang merah, daging ayam ras, ikan bandeng, tahu mentah, bawang putih, ikan katamba, ikan layang, dan lain-lain. Namun pada sisi lain terdapat beberapa komoditi yang memberi andil inflasi seperti: ayam goreng, emas perhiasan, martabak, gula pasir, mie siap santap, tarif kendaraan roda dua online, telur ayam ras, nasi dengan lauk, pepaya, dan lain-lain.
Kepala BPS Sulsel, Yos Rusdiansyah, menyebtkan sekitar terjadinya deflasi kali ini disebabkan ada keterkaitan antara minimnya aktivitas masyarakat disebabkan wabah Covid-19.
Menurut Kepala BPS Sulsel, terjadinya deflasi Maret 2020 karena pasokan yang tersedia tidak banyak yang membeli. Ini disebabkan masyarakat sangat khawatir jika kontak langsung dengan pedagang di pasar-pasar dalam fenomena Covid 19.
“Hal ini membuat pedagang membanting harga agar tidak stok dan akan membusuk. Harga-harga yang turun seperi cabe rawit, cabe merah, daging ayam ras, ikan bolu, Ikan cakalang,” tulis Yos Rusdiansyah via pesan Whatsapp, Jumat (3/4/2020).
“Pemprov Sulsel dengan pak Gubernur sudah mengantisipasi ke depan untuk masyarakat bisa membeli kebutuhan pangan dengan aman melalui jasa antar ke rumah-rumah,” tutupnya. (is)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !